lagu rasa sayang sayange ini adalah lagu tradisional yang asli milik
Indonesia, namun sayang ada negara tetangga yang mengaku dan mengklain
bahwa lagu rasa sayange ini milik negara mereka.
dan di dalam video ini saya sengaja mengambil video yang telah
diklaim oleh negara tetangga, dilihat dari segi lirik lagunya untuk saya
sendiri itu cukup aneh, kara ada beberapa kata yang kurang dimengerti
seperti kata-kata “Jolokkan”?? hmmmh..itu maksudnya apa ya??
namun dari segi visual vodeo ini lumayan cukup menarik hati anak-anak karena berbentuk animasi yang cukup lucu.
Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu daerah yang berasal dari Maluku, Indonesia.
Lagu ini merupakan lagu daerah yang selalu dinyanyikan secara
turun-temurun sejak dahulu untuk mengungkapkan rasa sayang mereka
terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat Maluku.
Jika didengarkan, lagu ini layaknya seperti sajak atau pantun
yang bersahutan. Oleh karenanya banyak versi dari lagu ini karena
liriknya dapat dibuat sendiri sesuai maksud dan tujuan dari lagu
tersebut.
Namun dari liriknya tetap diawali oleh kalimat Rasa sayange rasa sayang sayange, Eeee lihat dari jauh rasa sayang sayange dan diakhir lagu ini liriknya selalu diakhiri dengan kalimat Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi… Kalau ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi.
Kontroversi
Lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007.
Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan
bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay
archipelago) Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu “Rasa
Sayange” adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang
telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim
Malaysia itu adalah salah.[2Gubernur
melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat
Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor
menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu
Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti
tersebut akhirnya ditemukan. ‘Rasa Sayange’ diketahui direkam pertama
kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962. Pada tanggal 11 November
2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim, mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik Indonesia . Namun,
ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Malaysia menyebutkan bahwa
mereka mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik bersama, antara
Indonesia dan Malaysia
Tentang bukti rekaman “Rasa Sayange”, bukti lagu tersebut direkam oleh Lokananta, Solo, Indonesia pada tahun 1962 dalam piringan hitam Gramophone
Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh Perum PNRI Cabang
Surakarta yang dahulunya adalah PN Lokananta. Ini dikenal sebagai
rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut
didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4
tahun 1962 di Jakarta, dan lagu “Rasa Sayange” adalah salah satu lagu
rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang.
Lagu ini juga pernah dinyanyikan dalam Bahasa Hindi oleh Mohd Rafi dan Lata Mengeshkar dalam film Singapore 1960 yang diperan oleh Shammi Kapoor dan Padmini. Lagu ini juga ditayangkan dalam film Insulinde, film yang menggambarkan Hindia Belanda tahun 1937 – 1940.
"Rasa Sayang-Sayange" Bukan Lagu Malaysia
Mantan Deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim secara jenaka mengakui, lagu Rasa Sayang-Sayange bukan lagu rakyat asli Malaysia.
“Awalnya
waktu kecil saya kira itu lagu kami. Tapi, setelah saya agak matang
sedikit, saya baru sadar.,” ujar Anwar Ibrahim ketika ditanya mengenai
hal tersebut di sela-sela kuliah umumnya yang berjudul, Can Asia Survive
from Global Economic Crisis: A Challenge Towards Asia Renaissance di
Auditorium Pusat Studi Jepang Kampus UI Depok, Jumat (5/12).
Hal
ini disambut gelak tawa oleh peserta acara. Menurut Ketua Partai
Oposisi Malaysia tersebut, klaim sejumlah lagu rakyat Indonesia oleh
Malaysia, merupakan bentuk arogansi pemerintah Malaysia. “Janganlah
sampai nationalistic gila seperti itu. Keangkuhan ini harus dihentikan.”
katanya.
Anwar
mengakui, lagu-lagu rakyat Indonesia seperti Bengawan Solo memang sudah
populer di Negeri Jiran tersebut sejak dia masih kecil. “Bahkan, lagu
Kali Ciliwung sudah sering dinyanyikan oleh ibu saya ketika saya masih
kecil,” ujarnya. Sebelumnya, klaim lagu rakyat ini oleh Malaysia sempat
memperenggang hubungan masyarakat Indonesia dan Malaysia.(kompas)